
14 Februari 2025
Bencana pergeseran tanah kembali melanda Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menyebabkan kerusakan pada 33 rumah warga di Desa Cikatomas, Kecamatan Salopa. Peristiwa ini terjadi akibat intensitas hujan tinggi yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari terakhir, sehingga memicu ketidakstabilan tanah.
Kerusakan dan Evakuasi Warga
Dari 33 rumah yang terdampak, beberapa di antaranya mengalami kerusakan parah, dengan tembok yang retak dan fondasi yang bergeser. Sebanyak 15 keluarga terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman, seperti balai desa dan rumah kerabat. Tidak ada laporan korban jiwa dalam kejadian ini, namun sejumlah warga mengalami trauma karena rumah mereka hancur secara tiba-tiba.
Kepala Desa Cikatomas, Andi Supandi, menjelaskan bahwa pergeseran tanah sudah mulai dirasakan sejak awal pekan ini. “Awalnya hanya muncul retakan kecil di tanah, tetapi setelah hujan deras, retakan itu semakin melebar dan menyebabkan rumah-rumah warga ikut terdampak,” ungkapnya.
Upaya Penanganan
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya langsung turun ke lokasi untuk melakukan penanganan. Kepala BPBD Tasikmalaya, Wahyu Permana, mengatakan bahwa pihaknya telah menyalurkan bantuan darurat berupa makanan, selimut, dan tenda pengungsian.
“Kami juga bekerja sama dengan dinas terkait untuk melakukan kajian geologi di daerah ini. Tujuannya adalah memastikan apakah area ini masih layak dihuni atau perlu dilakukan relokasi,” ujar Wahyu.
BPBD juga mengimbau warga yang berada di sekitar lokasi untuk tetap waspada, mengingat pergeseran tanah masih berpotensi meluas jika hujan deras kembali terjadi.
Penyebab Pergeseran Tanah
Ahli geologi dari Universitas Siliwangi, Dr. Heri Santoso, menjelaskan bahwa pergeseran tanah di Tasikmalaya dipengaruhi oleh struktur tanah yang labil dan topografi perbukitan. “Daerah seperti Tasikmalaya sangat rentan terhadap pergerakan tanah, terutama jika ada curah hujan tinggi yang menyebabkan tanah menjadi jenuh dan kehilangan daya ikatnya,” jelas Heri.
Ia juga menambahkan bahwa minimnya sistem drainase yang baik di kawasan perbukitan memperparah risiko pergeseran tanah. “Air yang mengendap di dalam tanah akan mempercepat proses pergerakan tanah, terutama di wilayah yang memiliki banyak retakan,” tambahnya.
Respons Warga dan Pemerintah
Sementara itu, warga Desa Cikatomas berharap pemerintah segera mengambil langkah jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Salah satu warga terdampak, Siti Rahmawati, mengaku khawatir jika harus kembali ke rumahnya. “Kami takut pergeseran tanah terjadi lagi. Kami berharap ada solusi, seperti relokasi ke tempat yang lebih aman,” ujar Siti.
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya juga berjanji akan memberikan perhatian lebih untuk membantu warga yang terdampak. Bupati Tasikmalaya, Ade Rizal, menyatakan pihaknya sedang mengkaji kemungkinan relokasi bagi keluarga yang tinggal di zona rawan pergeseran tanah.
Langkah Antisipasi
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Tasikmalaya mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor dan pergeseran tanah untuk segera melapor jika melihat tanda-tanda pergerakan tanah, seperti retakan di tanah atau perubahan bentuk permukaan. Pemerintah juga akan meningkatkan edukasi terkait mitigasi bencana agar warga lebih siap menghadapi situasi serupa di masa depan.
Pergeseran tanah ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam, khususnya di wilayah-wilayah yang rentan terhadap kondisi geologis yang tidak stabil. Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk mencegah dampak yang lebih besar di masa mendatang.